Senin, 03 Januari 2011

Stetoskop

Sejarah

Kata ini berasal dari bahasa Yunani. Stethos berarti dada dan Skope berarti memeriksa. Stetoskop adalah sebuah alat untuk memeriksa suara dalam tubuh. Banyak suara di dalam daerah dada yang dapat dimanfaatkan untuk diagnosis penyakit. Suara suara itu terutama berasal dari jantung dan paru paru. Sebelum adanya alat ini, untuk memeriksa dada cara yang digunakan adalah perabaan dan mengetuk dengan tangan, dan menempelkan telinga ke dada.

Alat ini diciptakan oleh Rene-Theophile-Hyacinthae-Laennec pada tahun 1816. Seorang dokter sering terlihat atau digambarkan dengan stetoskop tergantung pada bagian lehernya, sehingga alat ini sering dianggap sebagai simbol pekerjaan dokter.

Pada waktu itu tempat Laennec kedatangan seorang gadis dengan gejala umum sakit jantung. Konon pasien tersebut gemuk, muda, dan perempuan, maka ia merasa bahwa metode pemeriksaan yang lazim tersebut tidaklah pantas. Ia punya ide untuk menggulung beberapa lembar kertas membentuk silinder dan menempelkan salah satu ujungnya ke telinganya dan ujung yang lain ke dada di atas jantung gadis tersebut. Ide ini mendorongnya untuk menciptakan suatu silinder kayu berongga dengan panjang 30 cm dan diameter bagian dalamnya sekitar 1 cm serta diameter bagian luarnya 4 cm.

Kalau saja yang menjadi pasien Laennec semuanya adalah para perempuan Prancis yang muda, berparas cantik dan berbadan elok, mungkinkah Laennec membutuhkan stetoskop? Sempatkah dia menciptakan stetoskop?

Informasi lengkap mengenai sejarah stetoskop dapat dilihat pada situs ini.

Prinsip Kerja

Stetoskop digunakan saat ini didasarkan pada karya asli Laennec, yakni terdiri dari 2 bagian utama: Sungkup (bell) untuk menghimpun suara dari daerah yang akan diperiksa. Sungkup bisa jadi terbuka atau tertutup oleh membran tipis. Bagian kedua adalah earpieces.


  • Sungkup atau mangkuk terbuka (open bell) berfungsi untuk menyesuaikan impedansi antara kulit dan udara. Kulit manusia memiliki frekuensi resonansi alami yang efektif untuk menghantarkan bunyi jantung. Kulit pasien yang bersentuhan dengan sungkup terbuka berfungsi seperti diafragma. Frekuensi resonansi ditentukan oleh diameter sungkup dan tekanan sungkup pada kulit. Semakin kencang kulit tertarik atau semakin kecil diameter sungkup, semakin tinggi frekuensi resonansinya. Murmur jantung yang frekuensinya rendah tidak akan terdengar apabila stetoskop terlalu kencang ditekan ke kulit.
  • Sungkup atau mangkuk tertutup (closed bell), yaitu sebuah sungkup yang memiliki diafragma dengan frekuensi resonansi tertentu. Frekuensinya biasanya tinggi sehingga mampu menapis suara-suara berfrekuensi rendah. Frekuensi resonansinya ditentukan juga oleh faktor-faktor yang sama dengan faktor yang mengatur frekuensi sungkup terbuka. Stetoskop sungkup tertutup digunakan khususnya untuk mendengarkan bunyi paru yang frekuensinya lebih tinggi daripada bunyi jantung.
  • Walaupun selang hanya berperan mengantarkan gelombang suara dari sungkup ke earpieces, tetapi perhitungannya tidak sederhana. Suara termasuk dalam kategori gelombang mekanik. Gelombang bunyi cenderung menyebar ke segala arah. Perhitungan bunyi tidak hanya menyangkut energi, tetapi menyangkut intensitas, yaitu energi yang menyebar pada semua bidang dalam suatu waktu. Bila diameter selang terlalu kecil, banyak suara yang akan hilang akibat gesekan. Jika diameter terlalu besar, maka volume udara yang dipindahkan menjadi terlalu banyak. Untuk frekuensi di atas 100 Hz efisiensinya akan berkurang seiring dengan semakin panjangnya selang. Misalkan dengan perubahan selang dari panjang 7,5 cm menjadi 66 cm menyebabkan frekuensi suara yang sebesar 200 Hz akan hilang sebesar 15 dB selama perambatan. Biasanya agar didapatkan hasil yang baik, stetoskop dibuat dengan panjang selang 25 cm dan lubang yang berdiameter 0,3 cm. Ini boleh jadi merupakan hasil terbaik setelah ujicoba dari berbagi ukuran.
  • Earpieces harus terpasang tepat di telinga karena kebocoran udara mengurangi suara yang terdengar. Semakin rendah frekuensi suara tentunya semakin bermakna kebocoran tersebut.

Jenis Stetoskop

Pada dasarnya ada 2 jenis stetoskop:
  • Stetoskop akustik.
Bagian penangkap suaranya biasanya terdiri dari dua sisi yang dapat diletakkan pada badan pasien untuk memperjelas suara, yaitu sebuah diafragma (bagian tertutup plastik) atau mangkok kosong. Bila diafragma diletakkan di pasien, suara tubuh menggetarkan diafragma, menciptakan tekanan gelombang akustik yang berjalan sampai ke telinga pendengar.
Bila bagian mangkok diletakkan di tubuh pasien getaran kulit secara langsung memproduksi gelombang tekanan akustik yang berjalan ke telinga pendengar. Stetoskop dua sisi ini diciptakan oleh Rappaport dan Sprague pada awal abad ke-20. Kelemahan stetoskop akustik adalah tingkatan suara sangat rendah, sehingga sulit dalam diagnosis.



  • Stetoskop elektronik.
Dengan perangkat elektronik, gelombang suara diperkuat dan suara yang tidak diharapkan ditapis sehingga akan dihasilkan suara yang lebih baik untuk diagnosis.

Stetoskop sebenarnya juga dapat dimanfaatkan dalam bidang mekanik, yaitu untuk mengisolasi suara tertentu dari mesin untuk diagnosa. Bahkan jika ditempelkan ke dinding kamar ternyata dapat juga digunakan untuk menyadap suara tetangga kontrakan rumah atau kamar kost.



Stetoskop & Smartphone


Sudah ada telepon genggam cerdas yang memiliki aplikasi perangkat lunak berfungsi sebagai stetoskop, istethoscope. Data dari sensor penerima secara digital dapat langsung dianalisa, direkam dan dikirimkan ke tempat rujukan. Komentar mengenai perangkat tersebut dapat dilihat di sini.